Bikin Sedih, Kisah Keluarga Cilok yang Hanya Punya Harta Selembar Tikar | Berita Seru Terbaru
loading...

Bikin Sedih, Kisah Keluarga Cilok yang Hanya Punya Harta Selembar Tikar

loading...
Pasangan suami istri yang sudah tua renta ini menghabiskan waktu siang dan malamnya di dalam gubuk berukuran 3x4 meter dengan kondisi yang sangat kotor dan berbau


Sepasang suami istri, Mang Karman (72) dan Mak Kokom (70) harus menghabiskan masa tuanya di dalam gubuk memprihatinkan di sebuah gang sempit di Kampung Pos Wetan RT 04/13, Desa Kertamulya, KecamatanPadalarang, Kabupaten Bandung Barat.

Pasangan suami istri yang sudah tua renta ini menghabiskan waktu siang dan malamnya di dalam gubuk berukuran 3x4 meter dengan kondisi yang sangat kotor dan berbau tak sedap yang tercium dari bagian dalam gubuk.

Di dalam gubuk tersebut terdapat ranjang tempat mereka istirahat yang bercampur dengan perabot rumah tangga lainnya seperti piring, lemari, ember, baskom, pakaian dan barang lainnya sehingga kondisinya tampak sangat berantakan.

Ranjang sederhana lengkap dengan kasur, bantal dan selimut yang tampak lusuh dan kotor dijadikan tempat istirahat oleh mereka berdua. Selain itu terdapat dua lemari pakaian berukuran sangat kecil yang disimpan di atas ranjang, nyaris tak ada barang mewah satu pun dalam gubuk mereka.

Gubuk tersebut menempel secara permanen di depan rumah Yanto (37), keponakan sekaligus anak angkat Karman yang kondisinya juga memprihatinkan. Rumah Yanto merupakan rumah warisan dari sang ibu, yang tak lain adalah adik dari Mang Karman.

Gubuk yang ditempati Karman ini dibangun menggunakan bahan triplek di setiap sisi-sisinya, dengan satu pintu kayu pada 2013 lalu. Atap gubuk terbuat dari asbes dan genting bekas sehingga menyebabkan kebocoran setiap turun hujan. Untuk berlindung dari air hujan dan terik matahari, mereka harus memasang terpal di dalam ruangan tersebut.

Yang lebih memprihatinkan lagi pasangan lansia ini juga sudah mengalami penurunan fungsi fisik. Daya pendengaran dan penglihatan mereka sudah tidak dapat berfungsi dengan baik, bahkan mata mereka nyaris buta. Kondisi fisik Mang Karman pun sudah tidak baik, dirinya sudah tidak bisa berdiri dengan baik, sehingga memerlukan tongkat untuk berdiri dan berjalan.

Sementara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti makan dan minum, pasangan lansia ini memanfaatkan pemberian tetangga dan saudara (keponakan). Bahkan hampir setiap hari Mak Kokom pergi mengemis ke Pasar Padalarang, demi bisa makan.

"Emak mah tara masak di didieu, kadang mah aya nu mere, kadang meuli balik ti pasar (ngemis). Emak tidak masak disini, kadang ada yang memberi, kadang membeli sepulang mengemis dari pasar," tutur Emak Kokom di gubuknya, di Padalarang, Jumat (31/3).

Sementara untuk mandi kedua lansia ini mengaku suka menumpang di rumah Yanto, bahkan kalau tidak sempat mereka buang air kecil di dalam gubuk tersebut, sehingga tercium bau menyengat di dalam gubuk tersebut.

Selain tidak memiliki rumah yang layak Mang Karman dan Mak Kokom juga sudah tidak memiliki anak lagi. Mang Karman hanya memiliki tiga anak angkat saja, sementara Mak Kokom hanya memiliki tiga cucu yang tinggal jauh darinya. Mereka menolak tinggal bersama anak angkat dan cucu mereka.

"Mereka enggak mau tinggal di rumah anak atau cucunya yang lain. Karena sudah enggak punya rumah, dulu wa Karman minta izin sama ibu saya untuk tinggal disini, dan membangun gubuk itu," tutur Yanto, keponakan sekaligus anak angkat Karman.

Yanto mengaku bingung dan tidak bisa berbuat apa-apa akan kondisi saudaranya tersebut. Dirinya hanya bisa memberi sedikit makan jika ada rezeki lebih, sementara untuk membagunkan rumah yang layak huni dirinya pun tidak mampu sama sekali.

"Boro-boro, rumah saya aja jelek pada bolong, paling kalau ngasih makan mah masih bisa sedikit-sedikit kalau ada rezeki aja," ujar ayah tiga anak ini.

Dikatakan Yanto, hubungan Mak Kokom dengan cucu-cucunya pun kurang baik sehingga terkesan ditelantarkan. "Mungkin karena sering marah-marah dan berantem mereka (cucu) pada jarang kesini ngurusin dan nengokin. Mau diantar kami juga enggak tahu di mana rumahnya," kata dia.

Menurutnya selama ini juga tidak ada perhatian berupa bantuan baik dari pemerintah setempat maupun pemerintah daerah. "Setahu saya selama ini belum ada bantuan apapun. Tapi kalau dari warga lumayan banyak suka ada aja yang ngasih bantuan," kata dia.

Sementara Komandan Koramil Padalarang Mayor INF Roqich Hariadi, saat kunjungan bersama wartawan mengaku baru mengetahui kondisi memprihatinkan warganya tersebut melalui media sosial beberapa waktu lalu. Pihaknya melakukan pengecekan akan kebenaran kondisi warganya tersebut.

"Kami tahu melalui media sosial, setelah kami cek ternyata kondisnya memang memprihatinkan rumahnya tidak layak huni dan tidak sehat (kotor). Kami akan koordinasikan dengan muspika setempat, minimal membenahi rumahnya supaya layak huni. Kami juga akan menghubungi keluarganya supaya tidak ditelantarkan," tuturnya di lokasi kemarin.




loading...